Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ
يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ
هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِيْنَ
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul
dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan
memberi peringatan kepadamu akan pertemuanmu dengan hari ini? Mereka
berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri’. Kehidupan dunia
telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri,
bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (Al-An’am: 130)
Manusia dari dulu hingga kini masih penasaran dengan identitas jin, dan
ingin tahu siapa sih mahluk yang kebanyakan sering menggoda hati dan
mencelakakan manusia itu? Sesuai dengan namanya, memang jin adalah suatu
makhluk yang masih samar bagi manusia. Istilah jin (mestinya dengan
dobel ‘n’) berasal dari kata janna-yajunnu-jannan, artinya,menutupi,
menyembunyikan, menjadi gelap, merahasiakan atau melindungi.
Asal pembentukan kalimat "jin" dari huruf 'jim' dan 'nun' menunjukkan makna tertutup, sebagaimana firman Allah SWT:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَـذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
"Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: "Inilah Robbku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia
berkata:"Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (QS.Al-An'am [6]: 76).
Bekata Syaikhul Islam Rahimahullah: "Ia dinamakan jin karena ketertutupannya dari pandangan manusia."
Para jin melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat mereka. Allah SWT berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ
أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا
لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ
حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء
لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat
kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya
Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi
orang-orang yang tidak beriman." (QS.Al-A-rof [7]: 27)
Maksud dari ayat ini adalah: Sesungguhnya manusia tidak dapat melihat
jin sesuai dengan bentuk kejadiannya yang hakiki, tetapi terkadang
mereka bisa dilihat dengan bentuk yang lain semisal hewan. (Lihat Fath
al-Haq al-Mubin: 28 oleh Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thoyar)
JIN DICIPTAKAN SEBELUM MANUSIA
Jin diciptakan sebelum manusia berdasarkan nash al-Qur'an QS Al-Hijr [15]"27-28)
وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِوَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَراً مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ
حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas. Dan (ingatlah) , ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk."
ASAL PENCIPTAAN JIN
Allah menciptakan jin dari api. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Hijr [15]: 27;
وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ
"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas."
Dan juga dalam surat Ar-Rohman [55]: 15;
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ
"Dan Dia menciptakan jin dari nyala api."
Dan Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat diciptakan dari nur (cahaya). Jin
diciptakan dari marij (api). Dan Adam diciptakan dari apa yang
disifatkan kepada kalian. (yaitu dari tanah)" (HR Muslim: 2512)
KEBERADAAN JIN
Jin termasuk perkara ghaib yang wajib kita imani keberadaannya, karena
dalil-dalil Al Qur`an dan As Sunnah telah menjelaskannya. Ini termasuk
di antara asas akidah Islam, yaitu beriman kepada perkara ghaib. Bahwa
beriman kepada yang ghaib merupakan salah satu sifat orang-orang yang
bertakwa, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2}
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ {3}
"Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang
Kami anugerahkan kepada mereka". [Al Baqarah : 1-3].
Perkara ghaib, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Mas‘ud, ialah seluruh
perkara yang ghaib yang telah diberitakan Allah dan RasulNya kepada
kita. Begitu pula dengan keberadaan jin, bahwa Allah dan RasulNya telah
mengabarkan melalui Al Qur`an ataupun hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
1). Dari Al Qur`an, di antaranya:
وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ
"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur`an". [Al Ahqaf : 29].
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنكُمْ
يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ
هَذَا
"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul
dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan
memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini". [Al
An‘am : 130]
قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا
"Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan
jin telah mendengarkan (Al Qur`an), lalu mereka berkata, ‘Sesungguhnya
kami telah mendengarkan Al Qur`an yang menakjubkan’" [Al Jin : 1].
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan".[Al Jin : 6]
Tempat Tinggal Jin
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa di antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut:
1. Di tempat-tempat kotor seperti Toilet dan tempat sampah.
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
قَالَ :« إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ
الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »
Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena
itu, apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah:
Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku
berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan" (HR.
Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad).
Kata muhtadhirah dalam hadits di atas maksudnya adalah dihadiri atau
ditempati oleh jin (yahdiruhal jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di
tempat-tempat kotor seperti WC itu hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim
mereka tinggal di tempat-tempat bersih dan wangi.Oleh karena itu,
setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki toilet atau WC untuk
berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal
khubutsi wal khabaits", karena dengan berdoa demikian, jin kafir itu
tidak akan mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat aurat kita
ketika mandi.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ
وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاءَ أَنْ يَقُولَ :
بِسْمِ اللَّهِ
Artinya: "Dari Ali, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila seseorang masuk WC kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim
", maka mata jin akan tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat
keturunan Adam" (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
2. Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا
اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ - قَالَ - فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ
بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ -
قَالَ - فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ
نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ «
أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ
الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ
نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ
اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ
لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا
طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ ».
Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: "Suatu hari kami (para sahabat)
berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiba-tiba
kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan
kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu
berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diculik dan
disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan.
Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami
dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu
berkata: "Ya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, malam tadi kami
betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari akan
tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak
menyenangkan". Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian
bersabda: "Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia
membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu
Mas'ud kemudian berkata kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk
melihat bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para
jin itu kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam mengenai makanan mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang
yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan
ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran)
binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para
sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil
atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan
keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah
makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).
3. Di lobang-lobang.
عبد الله بن سرجس - رضي الله عنه - : «أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم-
نهى أن يُبالَ في الجُحْرِ ، قالوا لقتادة : ما يُكرهُ من البول في
الجُحْرِ ؟ قال : كان يُقال : إنها مَسَاكِنُ الجِنِّ».
Artinya: "Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: "Janganlah seseorang di antara kalian kencing di
lobang". Mereka bertanya kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di
lobang?" Qatadah menjawab: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
mengatakan karena lobang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin" (HR.
Abu Dawud, Nasai dan Ahmad)
4. Di rumah-rumah
Jin juga tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang
tingal di atas atap rumah orang-orang beriman hanyalah jin muslim.
Dalilnya adalah hadits berikut ini:
ما من أهل بيت من المسلمين إلا وفي سقف بيتهم من الجن من المسلمين إذا وضع
غذائهم نزلوا فتغدوا معهم وإذا وضعوا عشاءهم نزلوا فتعشوا معهم يدفع الله
بهم عنهم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada
satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin
muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut
makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin)
juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah
menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin
tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari).
5. Di pasar-pasar (Mall)
Selain di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar atau Mall. Hal ini
sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi
pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain:
عن سلمان قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * لا تكن أول من يدخل السوق
ولا آخر من يخرج منها فإنها معركة أو قال مربض الشيطان وبها رايته
"Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke
pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena
pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah
syaithan menancapkan benderanya" (HR. Muslim).
6. Di kandang unta
لا تصلوا فى مبارك الإبل فإنها من الشياطين وصلوا فى مرابض الغنم فإنها بركة
Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah
kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan,
shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim,
Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Waktu berkeliarannya Jin
Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwasannya waktu berkeliarannya
setan adalah pada waktu matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar
sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah
menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah anak-anak
segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:
إذا كان جُنْحُ الليلِ أو أمسيتم فَكُفُّوا صبيانَكم فإنَّ الشياطينَ
تنتشرُ حِينَئِذٍ فإذا ذهبتْ ساعةٌ من الليلِ فَحُلُّوهُمْ وأغلقوا
الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا
وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا
اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila
sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak
kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan
malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah
pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut
nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci
dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air
kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari
kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi
kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau
wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup
dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau
tidur)" (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba.
menyuruh masuk dan diam anak-anak,
menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan mengganggu anak
tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang sudah
terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya,
mengikat tempat air,
menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa
membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan
matikanlah lampu apabila menjelang tidur.
matikan lampu sebelum tidur karena dengan demikian, kita akan terhindar
dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan setan. Setan seringkali
bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan jalan menyerupai
seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api bisa
menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum
tidur.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
عن بن عباس قال * جاءت فأرة فأخذت تجر الفتيلة فجاءت بها فألقتها بين يدي
رسول الله صلى الله عليه وسلم على الخمرة التي كان قاعدا عليها فأحرقت منها
مثل موضع الدرهم فقال إذا نمتم فأطفئوا سرجكم فإن الشيطان يدل مثل هذه على
هذا فتحرقكم
Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret
kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian
kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang
dirham. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Kemudian bersabda:
"Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali
berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang
ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu
Dawud dengan sanad shahih).
Dalam hadits lain juga dikatakan:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله علي
ه وسلم- :« لاَ
تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى
تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يُبْعَثُ إِذَا غَابَتِ
الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ
Artinya: "Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian
ketika matahari terbenam sehingga hitam legammnya sore hari
(sunda=layung) betul- betul hilang, karena setan-setan berkeliaran
ketika matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang
(sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim).
Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn
al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan
kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu
yang lebih fresh dan lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan
dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu
hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan".
(lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).
Makanan dan Minuman Jin
Jin sebagaimana manusia memiliki kebutuhan makan dan minum adapun
makanannya adalah Tulang dan tinja (kotoran hewan/binatang) dengan
tangan kiri, sebagaimana hadits berikut:
لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع فى أيديكم أوفر ما يكون لحما وكل بعرة علف لدوابكم فلا تستنجوا بها فإنها طعام إخوانكم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan
kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada
sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya
disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak
kalian". Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan
sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja
(membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan
menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang
dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian
(golongan jin)" (HR. Muslim).
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ
فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ
الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ
Artinya: "Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah
dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum, maka minumlah dengan
tangan kanannya, karena syaithan makan dan minum dengan tangan kirinya"
(HR. Muslim).
عن جابر أنه سمع النبي صلى الله عليه و سلم يقول : إذا دخل الرجل بيته
فذكر الله عز و جل عند دخوله وعند طعامه قال الشيطان لا مبيت لكم ولا عشاء
وإذا دخل فلم يذكر الله عند دخوله قال الشيطان أدركتم المبيت وان لم يذكر
الله عند طعامه قال الشيطان أدركتم المبيت والعشاء
Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah,
lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka
syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak
dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah,
dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya,
syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan
malam" (HR. Muslim).
Dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّهُ كَانَ يَحْمِلُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِدَاوَةً
لِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَبَيْنَمَا هُوَ يَتْبَعُهُ بِهَا فَقَالَ «
مَنْ هَذَا » . فَقَالَ أَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ . فَقَالَ « ابْغِنِى
أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا ، وَلاَ تَأْتِنِى بِعَظْمٍ وَلاَ
بِرَوْثَةٍ » . فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمِلُهَا فِى طَرَفِ ثَوْبِى
حَتَّى وَضَعْتُ إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ ، حَتَّى إِذَا فَرَغَ
مَشَيْتُ ، فَقُلْتُ مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ قَالَ « هُمَا مِنْ
طَعَامِ الْجِنِّ ، وَإِنَّهُ أَتَانِى وَفْدُ جِنِّ نَصِيبِينَ وَنِعْمَ
الْجِنُّ ، فَسَأَلُونِى الزَّادَ ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ لَهُمْ أَنْ لاَ
يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا »
Bahwasanya ia pernah membawakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
wadah berisi air wudhu dan hajat beliau. Ketika ia membawanya, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa ini?” “Saya, Abu
Hurairah”, jawabnya. Beliau pun berkata, “Carilah beberapa buah batu
untuk kugunakan bersuci. Dan jangan bawakan padaku tulang dan kotoran
(telek).” Abu Hurairah berkata, “Kemudian aku mendatangi beliau dengan
membawa beberapa buah batu dengan ujung bajuku. Hingga aku meletakkannya
di samping beliau dan aku berlalu pergi. Ketika beliau selesai buang
hajat, aku pun berjalan menghampiri beliau dan bertanya, “Ada apa dengan
tulang dan kotoran?” Beliau bersabda, “Tulang dan kotoran merupakan
makanan jin. Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi
rombongan utusan jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin.
Mereka meminta bekal kepadaku. Lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka
agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka
mendapatkannya sebagai makanan”. (HR. Bukhari no. 3860)
Begitu pula dalam hadits lainnya, dari ‘Abdullah bin Mas’ud disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلاَ بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنَ الْجِنِّ
“Janganlah kalian beristinja’ (membersihkan kotoran pada dubur) dengan
kotoran dan jangan pula dengan tulang karena keduanya merupakan bekal
bagi saudara kalian dari kalangan jin.” (HR. Tirmidzi no. 18.)
Sebagaimana manusia terlarang memakan daging yang disembelih tanpa
menyebut nama Allah. Maka sama halnya dengan jin beriman, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan pada mereka makanan berupa
tulang yang disebut nama Allah. Jin beriman tidak boleh meninggalkan
penyebutan ‘bismillah’. Sedangkan setan jadi menghalalkan makanan yang
tidak disebut nama Allah. Oleh karena itu, sebagian ulama berdalil bahwa
bangkai merupakan makanan setan karena bangkai itu berasal dari hewan
yang disembelih tanpa disebutkan bismillah.
Begitu pula sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim berdalil bahwa minuman
yang memabukkan adalah minumannya setan. Di antara yang dijadikan dalil
adalah ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 90).
Karena yang meminum khomr adalah wali setan dan atas perintahnya. Mereka
sama dengan setan dalam amalan tersebut. Jadi, peminum khomr pantas
mendapatkan dosa dan siksa.
Jin menikah dan berketurunan
Sebagaimana halnya manusia, jin pun melakukan pernikahan dan berketurunan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat dan hadits berikut;
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا
إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ
عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia
adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.
Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin
selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis
itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim " (QS.
Al-Kahfi 18: 50).
Dalam ayat ini Allah berfirman: "….Patutkah kamu mengambil dia dan
turanan-turunannya,…". Kata turunan-turunannya dalam ayat ini
menunjukkan bahwa memang jin itu melahirkan dan berketurunan. Sekaligus
juga menunjukkan bahwa jin itu juga menikah, karena tidak mungkin adanya
keturunan kalau tidak menikah (jima) sebelumnya.
Dalil lain yang mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini:
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Artinya: "Tidak pernah "disentuh" oleh manusia sebelum mereka
(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh
jin" (QS. Ar-Rahman 55:56).
Kata thamts yang terdapat pada kata yathmitshunna dalam ayat di atas,
dalam bahasa Arab artinya adalah jima'. Ini menunjukkan bahwa jin itu
juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat dikatakan:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : إن الله جزأ الإنس والجن عشرة
أجزاء فتسعة منهم الجن والإنس جزء واحد فلا يولد من الإنس ولد إلا ولد من
الجن تسعة
Artinya: "Abdullah bin Umar berkata: "Sesungguhnya Allah membagi
manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian: sembilan bagian adalah jin
dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun manusia yang melahirkan
seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak" (HR. Ibnu Abdil Barr, Ibnu
Jarir, Hakim dan Ibn Abi Hatim).
Dan khusus untuk Iblis setiap lahir anak Adam maka iblis berketurunan sepuluh anak iblis, sebagaimana hadits berikut;
عن ثابت قال : ( بلغنا أن إبليس قال : يا رب إنك خلقت آدم وجعلت بيني
وبينه عداوة فسلطني على أولاده ؟ فقال : صدورهم مساكن لك . قال : يا رب
زدني ؟ قال : لا يولد لآدم ولد إلا ولد لك عشرة قال : يا رب زدني ؟ قال : )
وَأَجْلِبْ عَلَيْهِم بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِى
الأٌّمْوَالِ وَ الأٌّوْلَادِ ( [ الإسراء : 64 ]
Dari tsabit berkata, Telah sambai berita pada kami bahwa iblis bertanya
kepada Allah, Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menciptakan Adam
dan Engkau menjadikannya antara aku dengan dia sebagai musuh, maka
berilah aku bagian untuk bisa menguasai keturunannya? Allah menjawab :”
Dada-dada mereka tempat tinggal kamu, Iblis berkata: “ Tambahlah buatku ?
Allah menjawab:” Tidaklah lahir seorang manusia kecuali bersamaan
dengannya sepuluh anak kamu, Iblis berkata : Tambahlagi ya Tuhanku ?
kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan
kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri
janjilah mereka (Al-Isra 17:64)
Hadits di atas di samping mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang
melahirkan dan menikah, juga menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih
banyak dari pada jumlah manusia. Karena setiap kali manusia melahirkan
satu orang anak, maka jin dapat melahirkan sembilan anak.
Kematian Jin
Jin adalah mahluk yang berjiwa, maka sama saja halnya dengan manusia,
jin pun akan mengalami kematian. Namun dari sebagian golongan jin hanya
Iblis lah yang diberi tangguh kematiannya sampai hari manusia
dibangkitkan. Sedangkan yang lainnya kematiannya sama dengan manusia
tetapi usianya jauh lebih panjang dari umur manusia.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (QS. Ar-Rahman 55:
26-27).
Di samping ayat ini, ada hadits yang mengatakan bahwa jin atau syaithan juga akan mati. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:
عن بن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول أعوذ بعزتك الذي لا إله إلا أنت الذي لا يموت والجن والإنس يموتون
Artinya: "Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda: "Aku berlindung dengan kegagahanMu, yang tidak ada Tuhan
selain Engkau, yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia semuanya
akan mati" (HR. Bukhari).
Kemampuan dan kelebihan Jin
Allah memberikan kelebihan dan kemampuan khusus kepada jin yang tidak
diberikan kepada manusia. Di antara kemampuan dan kelebihan jin tersebut
adalah sebagai berikut:
Dapat bergerak dan berpindah dengan cepat
Artinya: "Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu
berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk
membawanya lagi dapat dipercaya".Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu
dari AI Kitab "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba
aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan
barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia" (QS.an-Naml: 39-40).
Jin Dapat mengetahui masalah-masalah yang belum terjadi sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Sebelum Rasulullah diutus, jin seringkali naik ke atas langit untuk
mendengarkan kabar-kabar yang akan terjadi di dunia. Begitu mendengar
kabar tersebut, mereka langsung menginformasikannya kepada para dukun
dan tukang ramal. Oleh karena itu, sebelum Rasulullah Saw diutus, tukang
ramal dan dukun seringkali tepat dalam memberikan jawaban dan
ramalannya. Akan tetapi begitu Rasulullah Saw diutus, penjagaan di
langit diperketat sehingga jin tidak lagi dapat mendengar informasi dan
berita apapun. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat
al-Jin ayat 8-9:
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا
وَشُهُبًا.وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ
يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا
Artinya: "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia)
langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan
panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa
tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya).
Tetapi sekarang (Yang dimaksud dengan "sekarang", ialah waktu sesudah
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus menjadi rasul)
barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan
menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)" (QS. Al-Jin ayat
8 dan 9).
Oleh karena itu, sejak diutusnya Rasulullah sampai sekarang, jangankan
dapat mendengar berita langit, mendekatinya saja tidak bisa. Untuk itu,
apa yang dikatakan oleh para dukun dan tukang ramal, tidak pernah benar,
tapi bohong belaka. Seandainya ada jin yang mengatakan bahwa akan
terjadi nanti ini dan itu, maka ketahuilah bahwa dia telah berbohong.
Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, haram hukumnya seseorang datang
bertanya kepada dukun dan tukang ramal.
Karena bukan saja apa yang dikatakan tukang ramal itu bohong, tapi juga
hal demikian akan melemahkan keimanan seseorang bahkan termasuk
perbuatan syirik. Bagaimana dengan kenyataan, bahwa terkadang ramalan
dan ucapan tukang ramal tersebut betul dan nyata? Hal ini pernah
disampaikan juga oleh Siti Aisyah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam. Perhatikan hadits berikut ini:
قالت سأل رسول الله {صلى الله عليه وسلم} ناسٌ عن الكهان فقال ليس بشيء
فقالوا يا رسول الله {صلى الله عليه وسلم} إنهم يحدثوننا أحياناً بشيء
فيكون حقاً فقال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} تلك الكلمة من الحق يخطفها
الجني فيقرها في أذن وليه فيخلطون معها مائة ً كذبة
Artinya: "Aisyah berkata, sekelompok orang bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang para dukun. Rasulullah menajawab:
"Mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun". Mereka bertanya kembali:
"Tapi Rasulullah, terkadang apa yang mereka katakan adalah benar dan
nyata?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kembali:
"Ucapannya yang betul itu lantaran dibisikkan oleh jin. Ia
membisikkannya ke telinga temannya (dukun) seperti berkoteknya ayam
betina, dan mereka mencampuradukannya dengan seratus kebohongan
(maksudnya, yang betulnya satu tapi bohongnya seratus bahkan lebih)"
(HR. Bukhari).
Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, seseorang dilarang untuk terlebih
mempercayai perkataan dukun, datangnya saja sudah berdosa. Rasulullah
bersabda :
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال * من أتى عرافا فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, lalu bertanya tentang
sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam " (HR.
Muslim)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- :« مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Artinya: " Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, untuk bertanya
tentang sesuatu, lalu membenarkan dan mempercayai apa yang
dikatakannnya, maka sungguh ia telah keluar dari ajaran yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad" (HR. Ahmad).
Bukti lain bahwa jin tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui perkara yang gaib sebagaimana terlukis dalam surat al-saba 34:14
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ
إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ
تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا
لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
Artinya: "Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak
ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang
memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu
bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak
akan tetap dalam siksa yang menghinakan" (QS. Saba 34: 14).
Jin lebih dahulu mengetahui teknologi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Allah menundukkan golongan
jin kepada Nabi Sulaiman. Mereka taat dan patuh kepadanya termasuk
bersedia untuk memindahkan singgasana kerajaan Ratu Bilqis. Karena kerja
mereka yang berat dan banyak, tentu mereka memerlukan kemampuan-
kemampuan dan kecerdasan dan kemahiran luar biasa. Hal ini sebagaimana
terekam dalam firman Allah surat Saba ayat 12-13:
artinya: "Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya
di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu
sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan
tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya
(di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang
di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka
yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring- piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap
(berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur
(kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih" (QS. Saba 34: 12-13).
Berdasarkan dari ayat di Atas, Umar Sulaiman Abdullah bin al-Asyqar
dalam bukunya Alamul Jinn was Syayathin, berpendapat bahwa sejak dahulu
jin sudah mengenal tekhnologi canggih semisal radio dan televisi.
Bahkan, Ibnu Taimiyyah sendiri dalam al-Majmu'nya mengatakan bahwa
"Menurut sebagian ulama yang dapat berkomunikasi dengan jin menuturkan
bahwa sejak dahulu jin sudah dapat membuat kawat dan kaca, kemudian
mereka sampaikan kepada manusia dan manusia mengikutinya" (lihat dalam
Majmu al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah: 11/309).
Jin tidak dapat membuka pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
أغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا
وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ
واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tutuplah
pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena setan
tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah.
Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat
menyimpan air minum yang terbuat dari kuit binatang) dan bejana-bejana
kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan lainnya)
sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di
dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian" (HR.
Muslim).
Jin dapat berubah-rubah bentuk
Di antara kemampuan jin (setan) lainnya adalah mereka dapat berubah
wujud; terkadang berwujud manusia dan terkadang pula berwujud hewan. Hal
ini telah terjadi pada masa perang Badar, dimana setan (jin kafir)
berwujud dalam bentuk Suraqah bin Malik, dan ia menjanjikan kepada
orang-orang musyrik bahwa mereka akan dapat memengkan pertempuran
melawan orang Islam. Akan tetapi ketika pertempuran telah terjadi dan
malaikat turun dari langit untuk membantu kaum muslimin, syaitan yang
menjelma dalam wujud Suraqah bin Malik tadi lari tunggang langgang.
Hal ini terekam dalam al-Qur'an surat al-Anfal ayat 48:
Artinya: "Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan
mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang
terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu".
Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat
(berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata:
"Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat
melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya
takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Al-Anfal
8:48).
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari juga dikisahkan bahwa jin kafir
(setan) pernah datang menghadap Abu Hurairah dalam wujud manusia.
Berikut terjemahan hadits dimaksud: "Dari Abu Hurairah, ia berkata:
“Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menugaskan saya
untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan.
Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki melihat-lihat makanan dan langsung
mengambilnya. Saya lalu berkata: “Jangan dulu mengambil, sebelum saya
sampaikan ihwal kamu kepada Rasulullah”. Laki-laki itu menjawab: ‘Saya
orang yang sudah berkeluarga dan saat ini betul- betul sedang
membutuhkan makanan untuk keluarga saya”. Mendengar itu saya pun
akhirnya mengijinkan dia untuk mengambil makanan itu.Ketika pagi tiba,
Rasulullah bersabda: “Wahai Abu Hurairah apa yang kamu lakukan kemarin?”
Saya menjawab: “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan
kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat saat itu juga, lalu
saya persilahkan dia mengambilnya”. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam lalu bersabda kembali: “Dia telah mengelabui kamu wahai Abu
Hurairah dan besok akan kembali lagi”. Tahu dia akan kembali lagi,
keesokan harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul apa
yang disampaikan Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil
memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya.
Melihat itu, saya berkata kembali: “Jangan dulu kamu mengambil harta itu
sampai ada izin dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam”.
Laki-laki itu menjawab: “Saya betul-betul sangat membutuhkan makanan itu
sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu menahan lapar. Saya
berjanji tidak akan kembali lagi esok hari”. Mendengar itu, saya merasa
kasihan dan akhirnya saya persilahkan kembali dia mengambil harta
zakat.Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali: “Apa yang kamu
lakukan kemarin wahai Abu Hurairah?” Saya menjawab: “Orang kemarin
datang kembali dan meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama
menunggu kelaparan, akhirnya saya kembali mengijinkan dia mengambil
harta zakat tersebut”.
Mendengar itu, Rasul bersabda kembali: “Dia telah membohongi kamu dan
esok hari akan kembali untuk yang ketiga kalinya”. Besoknya ternyata
laki-laki itu kembali lagi dan seperti biasa dia mengambil harta zakat
yang sudah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, saya berkata kembali:
“Jangan mengambil dahulu, saya akan memohon ijin kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terlebih dahulu.
Bukankah kamu kemarin berjanji tidak akan kembali lagi tapi mengapa kini
kembali juga?” Laki-laki itu menjawab: “Ijinkanlah untuk yang terakhir
kalinya saya mengambil harta zakat ini dan sebagai imbalannya saya akan
ajarkan kepada kamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya Allah
akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak akan disentuh dan didekati
oleh Syaithan sehingga pagi hari". Saya merasa tertarik dengan
ucapannya lalu saya menanyakan kaliamat apa itu. Dia menjawab: “Apabila
kamu hendak tidur, jangan lupa membaca ayat kursyi terlebih dahulu
karena dengannya Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati
oleh syaithan sehingga pagi tiba”. Kali ini saya pun mengijinkannya
mengambil harta zakat.
Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya
lakukan kemarin dan saya katakan: “Ya Rasulullah, saya terpaksa
membolehkannya kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkan
saya kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaidah”. Rasul lalu bertanya
kembali: “Kalimat apa yang diajarkannya?” Saya menjawab bahwa dia
mengajarkan ayat Kursyi dari awal sampai akhir dan dia katakan bahwa
kalau saya membacanya Allah akan menjaga saya sampai pagi hari.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda: “Kini apa yang
dia sampaikan betul namun tetap dia sudah berhasil mengelabui kamu
dengan mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa laki-laki yang
mendatangi kamu tiga kali itu?” Saya menjawab: “Tidak, saya tidak tahu”.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kembali bersabda: “Ketahuilah
bahwasannya dia adalah syaithan”. (HR. Bukhari).
Selain dalam wujud manusia, jin (setan) juga dapat berwujud dalam bentuk
hewan dan binatang seperti unta, anjing, keledai, ular, sapi atau
kucing. Akan tetapi dari sekian banyak binatang, yang paling sering
dipakai oleh jin adalah dalam bentuk anjing dan kucing hitam.
Dalam hal ini RasululullahShallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
فقال الكلب الأسود شيطان
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Anjing hitam adalah setan" (HR. Muslim).
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah juga bertutur: "Anjing hitam adalah
setannya anjing. Dan jin seringkali berwujud dalam wujud anjing hitam
ini. Demikian juga dengan kucing hitam. Hal ini dikarenakan warna hitam
adalah warna yang paling disukai oleh setan karena mengandung
kehangatan." Sedangkan wujud yang umum jin yang mendiami rumah adalah
ular . Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw mengingatkan
agar tidak sembarangan membunuh ular yang didapati di dalam rumah,
karena boleh jadi ular tersebut bukan ular sesungguhnya akan tetapi ular
jelmaan dari jin.
Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa apabila mendapatkan ular di dalam
rumah, maka biarkan selam tiga hari. Apabila dalam waktu tiga hari masih
ada, maka bunuhlah karena dia ular biasa, bukan ular jelmaan jin.
Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:
قَالَ « إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ
مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ
بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya di Madinah ada seorang jin yang sudah masuk Islam. Apabila
kalian melihat sesuatu (maksudnya binatang atau sejenisnya) maka
biarkanlah (jangan dibunuh) selama tiga hari. Apabila setalah hari masih
ada dan nampak, maka bunuhlah karena dia itu adalah syaithan" (HR.
Muslim).
Dalam riwayat yang lain;
عن بن عباس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال الحيات مسخ الجن كما مسخت القردة والخنازير من بني اسرائيل
Artinya: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Ular-ular
itu adalah jin yang mengubah rupa dan bentuknya sebagaimana Bani Israil
yang berubah bentuk menjadi rupa monyet dan babi" (HR. Thabrany dengan
sanad yang sahih).
Takutnya Jin
Jin dan manusia memiliki perbedaan derajat. Manusia lebih tinggi
derajatnya dari pada jin. Karena itulah sebenarnya jin sangat takut pada
manusia. Namun karena jin berhasil menakut-nakuti manusia maka manusia
menjadi takut pada jin. Sebagai seorang muslim seharusnya kita tidak
boleh takut sama jin, tetapi kita pun tidak menangtang jin, namun jika
jin mengganggu manusia sudah sewajarnya manusia untuk melawannya,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Ali Imran
3:175).
عن مجاهد قال الشيطان أشد فرقا من أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تفرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب
Artinya: "Mujahid berkata: "Syaithan itu sebenarnya sangat takut oleh
salah seorang dari kalian (manusia). Oleh karena itu, apabila kamu
mendapatinya, janganlah takut karena kalau takut, ia akan menunggangi
kalian (mengganggu), akan tetapi kerasi (kasarilah), pasti ia akan
pergi". (Riwayat Ibn Abi Dunya) Artinya: "Mujahid berkata: "Sesungguhnya
setan dan jin kafir itu takut oleh kalian sebagaimana kalian takut oleh
mereka" (Riwayat Ibnu Abi Dunya)
عن مجاهد قال بينا انا ذات ليلة أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال فشددت
عليه لآخذه فقام فوثب فوقع خلف الحائط حتى سمعت وقعته فما عاد إلي بعد ذلك
Artinya: "Imam Mujahid berkata: "Suatu malam ketika saya sedang
melaksanakan shalat, tiba-tiba muncul makhluk sebesar anak laki-laki di
hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk ditangkap. Akan tetapi ia bangun
dan lompat ke belakang dinding sehingga saya mendengar jatuhnya.
Setelah itu, ia tidak penah datang lagi" (Riwayat Ibnu Abi Dunya).
Jin takluk dan taat kepada Nabi Sulaiman.
Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan jin dan setan
sehingga semuanya dapat bekerja atas perintahnya. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam ayat al-Qur'an berikut ini dalam surat Shad ayat
36-38:
Artinya: "Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan
baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula
kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan
syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu" (QS. Shad ayat 36-38).
Mukjijat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai pengabulan atas doanya yang mengatakan:
Artinya: "Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seseorang setalahku" (QS Shad 38:35).
Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah tidak jadi untuk
mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka beliau.
Dalam sebuah hadits Muslim dikatakan:
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْنَاهُ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثُمَّ
قَالَ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَة اللَّهِ ثَلَاثًا وَبَسَطَ يَدَهُ كَأَنَّهُ
يَتَنَاوَلُ شَيْئًا فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ الصَّلَاةِ قُلْنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَدْ سَمِعْنَاكَ تَقُولُ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا لَمْ نَسْمَعْكَ
تَقُولُهُ قَبْلَ ذَلِكَ وَرَأَيْنَاكَ بَسَطْتَ يَدَكَ قَالَ إِنَّ
عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي
وَجْهِي فَقُلْتُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قُلْتُ
أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ التَّامَّةِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ وَاللَّهِ لَوْلَا دَعْوَةُ أَخِينَا
سُلَيْمَانَ لَأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ
Dari Abu Darda berkata : “Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: "Aku
berlindung kepada Allah darimu", kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam juga berkata: "Allah telah melaknatmu" sebanyak tiga kali.
Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang
menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai shalat, kami bertanya:
"Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum
pernah kami dengar sebelumnya. Kami juga melihat anda membukakan kedua
tangan anda". Rasulullah menjawab: "Barusan Iblis, musuh Allah datang
membawa anak panah api untuk ditancapkan di muka saya, lalu aku berkata:
"Aku berlindung kepada Allah darimu" sebanyak tiga kali, kemudian saya
juga berakata: "Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna"
sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya.
Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan
mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah" (HR.
Muslim).
Setan takut dan lari oleh sebagian hamba Allah
Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya dengan benar
serta menancapkan keimanannya dengan tangguh, maka setan pun akan takut
dan lari. Hal ini misalnya terdapat pada diri Umar bin Khatab. Dalam
sebuah hadits riwayat Imam Turmu-dzi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda kepada Umar: "Sesungguhnya setan sangat takut olehmu
wahai Umar" (HR. Turmudzi).
Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi setan (jin kafir) juga akan takut
oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya.
Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah hadits berikut ini:
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم?قال : إن المؤمن لينصي شيطانه كما ينصي أحدكم بعيره في السفر
Artinya: "Sesungguhnyaorang mukminakan dapat mengendalikan (mengalahkan)
syaithannya sebagaimana salah seorang dari kalian yang dapat
mengendalikan untanya ketika bepergian" (HR. Ahmad). Bahkan, apabila
seseorang betul-betul dan terus menerus taat dan shaleh, ia dapat
membawa qarinnya (penyertanya, karena setiap manusia itu pasti disertai
oleh setan (jin kafir) di sebelah kirinya dan malaikat di sebelah
kanannya atau sering disebut dengan qarin) masuk Islam.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:
عن عبد الله قال قال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} ما منكم من أحدٍ إلا
وقد وكل به قرينه من الجن وقرينه من الملائكة قالوا وإياك يا رسول الله قال
وإياي ولكن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمرني إلا بخير
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada
seorangpun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin
dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat". Para sahabat bertanya:
"Apakah termasuk Anda juga wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Ya
termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk
Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan"
(HR. Muslim).
Tertawa dan Menangisnya Jin
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa setan akan tertawa ketika seseorang
menguap dengan mengeluarkan suara misalnya; "euuuay" atau "haaaa".
Hadits bahwa setan tertawa adalah:
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : إن الله يحب العطاس
ويكره التثاؤب فإذا عطس فحمد الله فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته وأما
التثاؤب فانما هو من الشيطان فليرده ما استطاع فإذا قال هاه ضحك منه
الشيطان
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci nguap.
Apabila seseorang bersin lalu mengucapkan al-hamdulillah, maka muslim
yang mendengarnya harus mendoakannya. Adapun menguap datangnya dari
setan, karenanya tahanlah sedapatmungkin. Apabila ia menguap terus
keluar suara "haaa", maka setan akan tertawa" (HR. Bukhari dan
lainnya).
Sementara setan akan menangis ketika seseorang membaca surat as-Sajdah
dan ketika sampai pada ayat sajdahnya yakni ayat yang ke-15, ia
melaksanakan Sujud Sajdah. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah
hadits
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
:« إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ
يَبْكِى يَقُولُ : يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ
فَلَهُ الْجَنَّةُ ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila
anak Adam membaca surat as-Sajdah kemudian ia sujud sajdah (ketika
membaca ayat sajdahnya ayat ke-15), maka setan akan pergi menangis
sambil berkata: "Aduh celaka dan sialnya nasibku" Bani Adam diperintah
sujud, maka kemudian dia sujud maka baginya syurga, sedangkan aku ketika
diperintah sujud aku menolak maka bagiku neraka (HR. Muslim)
Jin Bisa Bertindak Jahat Kepada Manusia
Terdapat beberapa riwayat shahih yang menunjukkan bahwa jin bisa
bertindak jahat kepada manusia. Diantaranya, hadis dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan,
إِنَّ عِفْرِيتًا مِنَ الجِنِّ تَفَلَّتَ البَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَيَّ
صَلاَتِي، فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ فَأَخَذْتُهُ، فَأَرَدْتُ أَنْ
أَرْبُطَهُ عَلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي المَسْجِدِ حَتَّى تَنْظُرُوا
إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ دَعْوَةَ أَخِي سُلَيْمَانَ رَبِّ هَبْ لِي
مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي فَرَدَدْتُهُ خَاسِئًا
Sesungguhnya jin Ifrit tiba-tiba menggangguku untuk memutus shalatku
tadi malam. Kemudian Allah memberi kemampuan kepadaku untuk
mengalahkannya, lalu akupun memegangnya. Kemudian aku ingin mengikatnya
di salah satu tiang masjid, sehingga kalian semua bisa melihatnya. Namun
aku teringat doa saudaraku Nabi Sulaiman: Wahai Rabku, anugerahkanlah
kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku.
Kemudian akupun melepaskannya sementara dia dalam kondisi terhina. (HR.
Bukhari 3423).
Dalam riwayat lain, jin Ifrir ini membawa obor api, untuk menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadis ini menunjukkan bisa saja jin mengganggu manusia secara fisik,
sehingga bisa dipegang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika beliau shalat.
Kemudian, ketika jin berubah wujud menjadi benda lain yang bisa terlihat
manusia, jin memungkinkan untuk menyakiti atau bahkan membunuh manusia.
Abu Said al-Khudri menceritakan,
Bahwa dulu ada seorang pemuda yang baru menikah. Ketika peristiwa
Khandaq, siang hari, dia meminta izin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk pulang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
mengizinkannya dan berpesan agar dia membawa senjata, karena khawatir
akan dibunuh orang Yahudi Quraidzah.
Ketika sampai di rumah, dia melihat istrinya berdiri di pintu. Pemuda inipun cemburu, hingga hendak memukul istrinya.
Istrinya segera mengatakan, ’Tahan dulu, masuklah ke dalam rumah, dan lihat apa yang menyebabkan aku keluar.’
Diapun masuk, ternyata di dalam rumah terdapat ular basar yang melingkar di atas kasur.
Hingga terjadilah perkelahian antara pemuda dan ular, dan keduanya mati.
Tidak diketahui, siapa yang lebih dulu mati, ular ataukah pemuda.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ
شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ
فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
“Sesungguhnya di Madinah ini ada segolongan jin yang telah masuk Islam.
Jika kalian melihat satu dari mereka, maka mintalah kepada mereka untuk
keluar (dalam jangka waktu) tiga hari. Jika ia tetap menampakkan diri
kepada kalian setelah itu, maka bunuhlah ia, karena sesungguhnya dia itu
setan”. (HR. Muslim 2236)
Selalu Tawakkal dan Jangan Takut
Allah menegaskan dalam al-Quran bahwa tipu daya setan, sangatlah lemah.
فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
”Perangilah para pasukan setan, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS. An-Nisa: 76)
Karena itu, selama seseorang berusaha menjaga imannya, dan bersandar
kepada Allah, setan tidak akan memiliki kesempatan untuk bisa mengganggu
manusia.
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ ( ) إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada
Allah dari setan yang terkutuk. ( ) Sesungguhnya setan itu tidak
memiliki kekuasaan untuk mengganggu orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya.(QS. An-Nahl: 98 – 99) .
Karena itu, orang mukmin tidak perlu takut dengan jin, sebagaimana yang
sering digambarkan di televisi. Jin sama sekali tidak memiliki kemampuan
mencelakakan manusia selama dia menjaga imannya dan bertawakkal kepada
Allah.
Sementara ketika ada orang yang dicelakakan oleh jin, itu bukan karena
jin memiliki kekuatan yang hebat, namun karena orang ini membuka peluang
bagi setan untuk mengendalikan dirinya. Sehingga jadilah dia budak
setan, seperti yang terjadi pada dukun dan peramal.
Allah berfirman menceritakan keadaan orang munafik,
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ
أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ
الْخَاسِرُونَ
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat
Allah; mereka Itulah golongan setan. ketahuilah, bahwa sesungguhnya
golongan setan itulah golongan yang merugi. (QS. Mujadilah: 19).
Kata As-Sudi – ahli tafsir zaman tabiin – (w. 127 H) menjelaskan ayat ini,
وهذا أيضًا تودد منهم إليهم، فإنهم كانوا يصانعون هؤلاء وهؤلاء؛ ليحظوا عندهم ويأمنوا كيدهم، وما ذاك إلا لضعف إيمانهم، وقلة إيقانهم
Ini karena mereka saling mencintai, karena satu sama lain melakukan
hubungan saling menguntungkan, untuk saling mengambil manfaat dan
menghindari tipu daya lawannya. Itu terjadi karena lemahnya iman mereka
dan tipisnya keyakinan mereka. (Ibnu Katsir, 2/436)
Ternyata Jin Lebih Takut kepada Manusia
Imam Mujahid – ulama besar, ahli tafsir tabiin, muridnya Ibnu Abbas – (w. 104 H), beliau menceritakan,
بينا انا ذات ليلة أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال فشددت عليه لآخذه
فقام فوثب فوقع خلف الحائط حتى سمعت وقعته فما عاد إلي بعد ذلك
“Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba muncul
makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia
untuk menangkapnya. Tiba-tiba dia bangun dan lompat ke belakang dinding
sehingga saya mendengar jatuhnya. Setelah itu, dia tidak penah datang
lagi.” (Riwayat Ibnu Abi Dunya).
Dalam riwayat lain, Imam Mujahid menegaskan,
الشيطان أشد فرقا من أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تفرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب
“Setan itu sebenarnya sangat takut terhadap kalian (manusia), melebihi
ketakutan kalian kepadanya. Oleh karena itu, setan menampakkan diri
kepada kalian, janganlah kalian lari ketakutan. Karena jika kalian
takut, ia akan menunggangi kalian (mengganggu), akan tetapi bersikaplah
keras kepadanya, pasti dia akan pergi”. (Riwayat Ibn Abi Dunya)
DAPATKAH MANUSIA MENUNDUKKAN JIN?
Tidak seorangpun akan mampu menaklukkan dan menguasai jin setelah do'a dari Nabi Sulaiman AS, sebagaimana firman Allah SWT:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاء حَيْثُ
أَصَابَوَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاء وَغَوَّاصٍوَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ
فِي الْأَصْفَادِ هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ
حِسَابٍ
"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku
kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pemberi". Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin
yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan
(Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan
dan penyelam, dan syaitan yang lain terikat dalam belenggu. Inilah
anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk
dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab." (QS Shod [38]:35-39)
Berkata Syaikh Ahmad bin Nashir bin Muhammad al-Hamd ra: "Tetapi
didapatkan penguasaan dan penundukkan manusia terhadap jin tidaklah
mungkin, karena adanya perbedaan bentuk keduanya. Manusia tidak bisa
melihat jin dan dari sini (diketahui) bahwa manusia tidaklah dapat
menguasai dan menundukkan jin. (Penundukkan dan penguasaan ini)
didapatkan dari syaitan sebagai hasil dari penundukkan sebagian mereka
terhadap sebagian yang lain. Maka jin yang ditundukkan manusia,
hakikatnya ia tertundukkan oleh syaitan yang memiliki kekuasaan dan
kekuatan terhadap sang jin itu sendiri, dan hal ini adalah sebagai
timbal balik dari pelaksanaan manusia itu terhadap apa yang dikehendaki
oleh syaitan darinya, yang berupa kefasikan, maksiat dan keluar dari
ajaran-ajaran agama. Dari sini diketahui, (pada hakekatnya) manusialah
yang menjadi budak bagi syaitan (bukan syaitan atau jin ditundukkan
olehnya)." (As-Sihr Baina Haqiqoh wal Khoyal:211)
Kejadian mengeluarkan jin dari tubuh seseorang juga pernah terjadi pada
zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Antara lain ditunjukkan oleh
hadits-hadits berikut ini:
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ قَالَ لَمَّا اسْتَعْمَلَنِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الطَّائِفِ جَعَلَ
يَعْرِضُ لِي شَيْءٌ فِي صَلَاتِي حَتَّى مَا أَدْرِي مَا أُصَلِّي
فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ رَحَلْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ابْنُ أَبِي الْعَاصِ قُلْتُ نَعَمْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا جَاءَ بِكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَرَضَ
لِي شَيْءٌ فِي صَلَوَاتِي حَتَّى مَا أَدْرِي مَا أُصَلِّي قَالَ ذَاكَ
الشَّيْطَانُ ادْنُهْ فَدَنَوْتُ مِنْهُ فَجَلَسْتُ عَلَى صُدُورِ
قَدَمَيَّ قَالَ فَضَرَبَ صَدْرِي بِيَدِهِ وَتَفَلَ فِي فَمِي وَقَالَ
اخْرُجْ عَدُوَّ اللَّهِ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ
الْحَقْ بِعَمَلِكَ قَالَ فَقَالَ عُثْمَانُ فَلَعَمْرِي مَا أَحْسِبُهُ
خَالَطَنِي بَعْدُ
Dari Utsman bin Abil ‘Ash, dia berkata: Ketika Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam menjadikanku gubernur di Thaif, ada sesuatu yang
mendatangiku di dalam shalatku, sehingga aku tidak mengetahui shalatku.
Ketika aku melihat hal itu, aku pergi kepada Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. Beliau bertanya,”(Itu) Ibnu Abil ‘Ash?” Aku
menjawab,”Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya,”Apa yang menyebabkanmu
datang?” Aku menjawab,”Wahai, Rasulullah. Ada sesuatu yang mendatangiku
di dalam shalatku, sehingga aku tidak mengetahui shalatku. ” Beliau
berkata,” Itu adalah setan, mendekatlah engkau!” Maka aku mendekati
Beliau, lalu aku duduk di atas ujung-ujung telapak kakiku. Lalu Beliau
memukul dadaku dengan tangannya dan meludahi mulutku, seraya
berkata,”Keluarlah wahai musuh Allah!” Beliau melakukannya tiga kali,
lalu bersabda, ”Kembalilah kepada tugasmu”.
Utsman mengatakan,”Sungguh aku tidak menyangkanya mengangguku setelah itu.” [HR Ibnu Majah, no. 3548)
Menghadirkan arwah, baik dengan cara merasukkan pada tubuh seseorang
lalu arwah tersebut berbicara tentang segala sesuatu yang dikehendaki
oleh orang yang mendatangkannya atau dengan cara menampakkannya dalam
bentuk orang yang telah meninggal dunia dan kemudian berjalan di kamar
atau berbicara dengan orang yang ada disekitarnya (penampakan).
Catatan:
Arwah atau roh yang disangkakan datang kepada penghadir roh tersebut
pada hakikatnya adalah jin yang bekerja sama dengannya. Bukan roh orang
yang diminta kehadirannya (sebab sebagai Muslim kita tahu bila meninggal
seorang manusia maka rohnya akan berpindah ke alam kubur dan terputus
seluruh hubungannya dengan dunia, kecuali tiga hal.
Tentang ini Rasulullah SAW bersabda:
إذا مات العبد انقطع عنه عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له
"Jika seseorang telah meninggal, maka putuslah semua amalannya kecuali 3
hal: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang
mendoakannya." (HR Bukhori)
MENGAMBIL SUMPAH DARI JIN
Tidaklah diperkenankan seorang muslim ketika melakukan ruqyah syar'iyyah
mengambil janji dengan nama Allah kepada jin yang mengganggunya. Hal
ini dikarenakan jin sering bersumpah dengan nama Allah, namun mereka
banyak melanggarnya.
Demikianlah yang dapat kita kaji bersama pada topik kita kali ini,
semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Kami mohon maaf jika terdapat
beberapa kesalahan dan hal-hal yang kurang berkenan dalam topik ini. Dan
segala puji dan sanjungan teriring kecintaan dan pengagungan hanya
milik Allah semata.
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa
Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw. beserta keluarga dan shahabatnya.
ماً الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab [33]:5)