Makna Rahmatan lil 'alamin
Bismillahirrahmanirrohiim,
Ini adalah sebuah
pendapat yang tidak usah kita perdebatkan, yang jelas mari kita
persatukan ummat menjadi rahmat bagi seluruh alam, semoga kita dapat
mengambil hikmah dari pendapat ini semua.
Yang disebut Bid’ah ialah sesuatu yang tidak ada dasarnya dari Alquran dan Sunnah serta bertentangan kedua sumber tersebut.
Ternyata ketika Rasul ditanya sahabatnya, mengapa Rasul selalu puasa
hari Senin ?. Dijawab, karena saya lahir hari Senin, maka saya syukuri
hari kelahiran saya dengan puasa (HR.Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut, maka Maulid itu mempunyai dasar yang kuat.
Kalau Rasul memperingati sekali sepekan dengan puasa, dan kita
memperingati sekali setahun dengan memberi makan sesama muslim, hal itu
hukum dan tujuannya sama. Yaitu berbuat baik dan bersyukur serta tidak
bertentangan Alquran. Yang berbeda hanyalah kaifiatnya. Sama saja kalau
Rasul pergi haji dengan berkendaraan unta dan kita dari Indonesia dengan
pesawat, hukum dan tujuannya sama, dan tidak boleh disebut naik haji
dengan pesawat itu Bid’ah. Demikian meniru budaya orang lain yang tidak
bertentangan Alquran, sah saja. Seperti makan roti setiap pagi untuk
kesehatan seperti orang Eropa, boleh saja ditiru.
Tapi penulis sendiri setuju jika kita mencari metode yang lebih efesien dan bermanfaat.
Memperingati Maulid Rasul di Indonesia bervariasi, ada yang menyambutnya
dengan cara tradisional seperti pembacaan zikir dan Barzanji, ada pula
dengan cara yang modern seperti ceramah. Dan ada juga yang menggabung
dua-duanya.
Terlepas adanya perbedaan bentuk, semuanya itu dilaksanakan, dalam
rangka “hubburrasul” (mencintai Rasul), dan “rebuild” (pembinaan iman
dan akhlak). Dalam rangkaian itulah, demi menyegarkan kembali maka
bagaimana makna Muhammad rahmat semesta alam menurut Alquran ?
Dalam Alquran :
Dalam Alquran
terdapat 112 ayat tentang rahmat, misalnya “Imaman wa rahmah”, “mawaddah
wa rahmah”, “syifa’un wa rahmah “ yang berarti kepemimpinan dan belas
kasih, kasih sayang, penawar dan pembawa nikmat. Sedang kalimat yang
menyebut “Rahmatan lil’alamin”, hanya ditemukan satu ayat, yakni
وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِينَ
(Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam) (QS. Al-anbiya’ :1O7).
Jika kita membuka kitab-kitab tafsir, baik tafsir yang konvensional atau
yang kontemporer, maka garis besar pengertian ayat tersebut, dapat
dibagi tiga penafsiran:
(1) Yang memperoleh rahmat dari Nabi Muhammad SAW “ Lil mu’minina
khasshah” ( hanyalah yang mukimin saja), karena merekalah yang meyakini
adanya Allah SWT dan meyakini kerasulan Muhammad SAW, sehingga berbuat
amal saleh dengan ikhlas yang diperintahkan rasul, maka wajarlah jika
mereka akan memperoleh dua kebahagiaan, di dunia dan diakhirat kelak .(
Tafsir Al-Qurthubi dan Aysar Tafasir 3 : 448). Mengapa penafsiran
Al-Qurtubiy, kelihatan ekstrim ?. Tak lain karena tafsirnya ditulis
ketika Islam dihancurkan di Cordova (Qurtubi-Spanyol) oleh orang-orang
non muslim, jadi memang tafsir itu sesuai kondisi zamannya.
(2) Yang memperoleh rahmat dari Nabi Muhammad SAW “ Lil-mu’minin
wal-kafirin”, (orang mukmin dan orang kafir), yakni bagi kaum mukmin
akan memperoleh dua kebahagiaan yakni dunia dan akhirat, sedang bagi
kaum kafir hanyalah di dunia saja berupa siksaannya ditunda serta tidak
akan memperoleh siksaan dunia yang sangat kejam seperti umat yang
sebelumnya, misalnya lantaran kedurhakaannya kepada Tuhan, akhirnya
mukanya disunglap menjadi monyet atau babi. Menurut mufasir mengapa kaum
kafir tidak memperoleh kasih sayang di akhirat, karena menolak
kerasulan dan dakwah Muhammad SAW serta akidahnya tentang Tuhan meleset,
yaitu menganggap Tuhan bersyarikat. (Majma’ al-Bayan dan al-Mizan
l4:333)
(3) Yang memperoleh rahmat dari Nabi Muhammad, “Lil-‘aqili walighairil
‘aqil (Yang berakal dan yang tidak berakal), yakni termasuk hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Rahmat nabi kepada hewan sangat jelas yaitu melarang
menunggangi hewan dengan lari setan, dilarang menyembelih hewan dengan
pisau yang tumpul serta banyak hadis menceriterakan, kaum wanita akan
memperoleh siksaan di akhirat, lantaran suka memenjarakan kucing dan
tidak memberinya makan sampai mati (HR.Muslim).
Demikian rahmat rasul terhadap tumbuh-tumbuhan dengan adanya larangan
menebang pohon-pohonan tempat berlindung serta dianjurkannya untuk
melestarikan lingkungan hidup.( Safwat Tafasir 2 :277 dan Ibnu Katsir 3
:2Ol).
Dengan garis besar ketiga penafsiran tersebut, maka jelaslah bahwa rasul SAW adalah pembawa rahmat lil’alamin (semesta alam).
Bagaimana pula dalam Sunnah rasul :
Dalam sunnah rasul, baik dalam uraian atau praktek, ternyata banyak
sekali mutiara kemilau yang dapat disimak, misalnya tentang sabdanya:
“Kasihanilah orang yang ada dibumi, niscaya anda akan dikasihi yang ada
di langit” (HR.Muslim). Kemudian kasih sayangnya dalam praktek, baik
ketika masih berdomisili di Mekah atau Medinah, diantaranya:
I. Terhadap Non Muslim :
(l) Ketika berdakwah di Mekah selama l3 tahun, tantangan yang datang
kepadanya silih berganti : dicaci maki, diintimidasi, diblokade ekonomi,
disiksa pisik dan mentalnya bersama pengikutnya, bahkan diancam dengan
pembunuhan, akhirnya terpaksa hijrah ke Thaif, 7O Km dari kota Makkah.
Namun, apa yang dialami di Thaif, lebih kejam dari yang dialami di
Mekah. Ia diusir, dihina, dicap orang gila, bahkan dilempari batu oleh
sekelompok remaja dan pemuda akhirnya “Khudimat biddima’i
na’lah”(bercucuran darah sampat ke sepatunya). Saat itu Nabi tinggalkan
Thaif bersama seorang pembantunya dalam keadaan merangkak dan mandi
darah. Ketika tiba disuatu pohon tempat berlindung sambil mengeringkan
keringat dan tetesan darah, lalu menadahkan tangannya ke atas dan
berkata: “Ya Allah, ya Tuhanku, akan ke manalagi kubawa diriku ,apakah
tetap menghadapi musuh atau akan kembali ke Mekah yang juga menghadapi
musuh yang sedang menanti ?. Semuanya itu aku tidak hiraukan selama
Engkau tiada benci padaku”.
Dalam kondisi kritis seperti itu tiba-tiba muncul seorang malaikat
penjaga gunung menawarkan dirinya, siap membantu dengan cara akan
memerintahkan kepada gunung yang dalam kekuasaannya untuk menghancurkan
mereka. Tapi Rasul menolak, bahkan mendoakan “ Allahummahdi qawmi
fainnahum laya’lamun” (Ya Allah ampunilah umatku, karena mereka berbuat
seperti itu lantaran tidak tahu, bahwa kedatangan saya akan
menguntungkan mereka sendiri, jika mentaati risalahku).
Jika kita bandingkan dengan rasul lain, yang juga punya kasih sayang,
misalnya Nabi Nuh, ternyata nabi itu masih mempunyai batas kesabaran,
misalnya karena saking jengkelnya berdakwah ratusan tahun, yang hanya
terbilang jari yang mengikutinya, bahkan anak dan isterinya ikut
menantangnya, maka ia berdoa “Rabbi la tazar ‘alal ardhi minal kafirin
dayyara” (Ya Allah janganlah Engkau sisakan seorangpun kafir di muka
bumi ini ! ). Maka tenggelamlah orang-orang kafir pada zamannya,
termasuk isteri dan anaknya.
(2) Ketika berada di Medinah dan bertetangga dengan seorang Yahudi yang
memusuhinya. Si Yahudi dengan rutin setiap hari mengganggu dan mengotori
pintu rumahnya dengan kotoran manusia yang menjijikkan. Namun, suatu
waktu si Yahudi alpa, lalu Nabi menyiarahinya, mungkin karena sakit.
Ketika Nabi menyiarahinya, si Yahudi kaget dan bertanya kepada Nabi,”apa
anda tahu jika saya yang mengotori pintumu setiap pagi ?’. “Ya”, jawab
Nabi, kemudian balik bertanya, “ kenapa anda tidak marah ?”. Agama saya
mengajarkan, “Wa ahsin ila man asaa ilaika” (Berbuat baiklah kamu kepada
orang yang berbuat jahat kepadamu), kata Nabi.
Perlakuan Nabi yang sangat kasih dan bijak terhadap dirinya, menyebabkan
si Yahudi terheran-heran, lalu dengan penuh kesadaran atas rahmat Nabi,
akhirnya menyatakan diri masuk Islam dengan mengucapkan syahadat “
Asyhadu annaka rasulullah” (Aku bersaksi bahwas Engkau (Muhammad)
betul-betul rasul Allah).Itulah kedua contoh rahmat Nabi terhadap non
muslim dan masih banyak lagi.
II.Bagaimana pula prilaku Nabi terhadap sesama muslim ?
Terhadap sesama muslim kasih sayang itu berlipat ganda. Hal ini
diabadikan Alquran : (artinya) : “ Muhammad itu adalah utusan Allah, dan
orang-orang yang bersama dengannya, tegas terhadap kaum kafir (tapi)
sangat kasih sayang terhadap sesamanya “(Asyiddau ‘alal kuffar ruhamau
bainahum) (QS.Al-Fath 29).
Menurut mufasir yang dimaksud “Asyiddau ‘alal kuffar “ yaitu terhadap
orang kafir sangat tegas terutama masalah akidah dan ibadah, misalnya
ketika kafir Quraisy menawarkan lebih baik saling toleransi
berganti-ganti menyembah Tuhan Allah dan Tuhan Lata (Tuhan mereka), maka
Tuhan sendiri yang mengajarkan kepada Nabi agar menjawab mereka dengan
ayat : ”Lakum dinukum waliya din” (Pakailah agamamu dan saya pakai juga
agamaku). Artinya masalah akidah dan ibadah, Islam tidak mengenal
toleransi, tapi masalah muamalah dan pergaulan justru dianjurkan.
.Adapun yang dimaksud “ruhamau bainahum” (Kasih sayang terhadap
sesamanya) ialah jika bertemu sangatlah intim misalnya bersalaman,
berjabatan tangan dan berangkulan serta selalu merasakan ”Kaljasadil
Wahid” (seperti tubuh yang satu, jika salah satu anggota badan sakit,
maka seluruh badan harus merasakan).
Akhirnya makna Rahmat Lil’alamin, bahwa Rasul SAW bukan hanya pembawa
rahmat bagi manusia muslim dan non muslim, tapi termasuk
hewan,tumbuh-tumbuhan serta lingkungan alam. Tegas masalah akidah,
toleransi masalah muamalah. Semoga umatnya meniru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar