Kalau kita baca sejarah pengeboran minyak yang sekarang ini kita kenal,
pengeboran itu diawali pada abad ke-19 tepatnya tanggal 24 Januari 1859
yang berhasil mengeluarkan minyak dari dalam bumi. Sumur ini dibuat oleh
Edwin Lorentine Drake di tengah kawasan pertanian di barat laut
Pennsylvania. Drake memilih lokasi tersebut untuk usaha pengeboran
minyaknya karena sebelumnya, warga kawasan itu sudah sering menemukan
minyak ketika menggali sumur untuk mencari air biasa. Sumber (sumur)
minyak pertama ini kemudian dikenal dengan nama The Drake Well, dan
keberhasilan pengeboran minyak pertama ini memulai eksplorasi minyak di
seluruh dunia.
Bagaimana kita dapatkan informasi tentang sumur minyak pertama dalam Al Qur’an? Untuk menjawab hal ini, pembaca perlu merujuk pada tulisan “BAGAIMANA CARA MEMBUAT BAJA” atau “TINJAUAN TAFSIR ……” karena pembahasan tentang sumur minyak ini tergantung pada bagaimana kebenaran tafsir kata “AL QITHR”, dan tulisan ini sebenarnya hanyalah pengembangan dari dua tulisan tersebut. Kalau kita tinjau kembali penafsiran kata “AL QITHR” pada kedua tulisan tersebut jelas, bahwa ”AL QITHR” lebih tepat diartikan sebagai “TER / TAR / TIR” yang merupakan “MINYAK MENTAH”. Dalam Al Qur’an Surat Saba ayat 12 berbunyi “wa asalnaa lahuu ‘ainal qithr. Jika kata “qithr” di sini diterjemahkan sebagai “ter/tir” yang merupakan “minyak mentah” maka tidak memerlukan tafsiran tambahan dengan kata “yang meleleh” seperti yang terdapat pada kitab-kitab tafsir dan Terjemah Al Qur’an. Kalau kita teliti kembali ayat tersebut dengan seksama, ada dua kata yang menurut penulis sangat signifikan dalam mengkaji kebenaran akan ayat tersebut yaitu ASALNAA (kami alirkan) dan ‘AIN. Sesuatu yang dialirkan secara bahasa biasanya berkaitan dengan benda cair. Dengan demikian QS Saba ayat 12 lebih tepat terjemahannya adalah “dan kami alirkan padanya (Nabi Sulaiman) sumur minyak (spring of oil)”. Kesimpulannya, boleh jadi SUMUR MINYAK PERTAMA sudah ada sejak Nabi Sulaeman.
Bagaimana kita dapatkan informasi tentang sumur minyak pertama dalam Al Qur’an? Untuk menjawab hal ini, pembaca perlu merujuk pada tulisan “BAGAIMANA CARA MEMBUAT BAJA” atau “TINJAUAN TAFSIR ……” karena pembahasan tentang sumur minyak ini tergantung pada bagaimana kebenaran tafsir kata “AL QITHR”, dan tulisan ini sebenarnya hanyalah pengembangan dari dua tulisan tersebut. Kalau kita tinjau kembali penafsiran kata “AL QITHR” pada kedua tulisan tersebut jelas, bahwa ”AL QITHR” lebih tepat diartikan sebagai “TER / TAR / TIR” yang merupakan “MINYAK MENTAH”. Dalam Al Qur’an Surat Saba ayat 12 berbunyi “wa asalnaa lahuu ‘ainal qithr. Jika kata “qithr” di sini diterjemahkan sebagai “ter/tir” yang merupakan “minyak mentah” maka tidak memerlukan tafsiran tambahan dengan kata “yang meleleh” seperti yang terdapat pada kitab-kitab tafsir dan Terjemah Al Qur’an. Kalau kita teliti kembali ayat tersebut dengan seksama, ada dua kata yang menurut penulis sangat signifikan dalam mengkaji kebenaran akan ayat tersebut yaitu ASALNAA (kami alirkan) dan ‘AIN. Sesuatu yang dialirkan secara bahasa biasanya berkaitan dengan benda cair. Dengan demikian QS Saba ayat 12 lebih tepat terjemahannya adalah “dan kami alirkan padanya (Nabi Sulaiman) sumur minyak (spring of oil)”. Kesimpulannya, boleh jadi SUMUR MINYAK PERTAMA sudah ada sejak Nabi Sulaeman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar